Followers

Wednesday, January 12, 2011

Hafshah, Ummul Mukminin Yang Mulia

bismillah...



Hafshah binti Umar bin Khattab adalah ummul mukminin yang gemar berpuasa dan bersolat. Ibunya ialah Zainab binti Madh’un binti Hasib. Hafshah sebelum ini merupakan isteri dari sahabat Khunais bin Khudzafah al-Sahmi yang mngikuti hijrah ke Habasyah (Ethiopia) dan Madinah.Suaminya Khunais syahid pada perang Uhud.


Meskipun hidupnya dirundung nestapa dan penuh dengan duka semenjak suaminya syahid di padang Uhud, keimanan dan keteguhan (sikapnya yang tsabat) hati Hafshah dapat meredam segala yang terjadi dan menerpa dirinya, dan Hafshah menyedari benar bahawa semua adalah semata kerana takdir-Nya.


Kesabaran, ketabahan, sikap hidup yang qanaah (redha) selalu menyelimut peribadinya. Tidak pernah berkeluh kesah dengan keadaan yang dihadapinya. Segalanya diterima penuh dengan ikhlas dan tawakkal. Dijalaninya kehidupan sehari-hari tanpa rasa cemas dan khuwatir, dan selalu yakin atas janji Allah Azza Wa Jalla. Hafshah yakin atas pertolongan dari Allah, dan tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya. Wanita Muslimah itu benar-benar pasrah-sepasrahnya. Tidak bersuudhon (berburuk sangka) kepada Allah Rabbul Alamin.


Kerana sikap yang sangat zuhud dan wara’, dan selalu berpuasa itu, maka ia mendapatkan jolokan ‘sawwamah’ (orang yang selalu berpuasa) dan qawwamah (orang yang selalu bangun malam). Hafshah tidak pernah henti berpuasa dan bangun malam untuk bertemu dengan Rabbnya. Hidupnya tidak dimanjakan dengan keinginan-keinginan yang dapat menjauhkan dari Rabbnya. Maka, ia selalu berpuasa, menahan lapar dan dahaga, dan terus bangun malam, meskipun di siang hari tetap bekerja.


Kemudian, Umar berkeinginan keras agar Hafshah dapat dipertemukan dengan Utsman r.a., namun dengan sikapnya yang halus, ternyata Utsman menyatakan ketidaksanggupannya. Betapa Hafshah puteri Umar, di mata Utsman ialah wanita yang sangat mulia dan kehidupan yang penuh dengan zuhud dan wara’, serta berpuasa dan bangun malam. Demikian pula, sahabat Abu Bakar As-Sidiq juga tak sanggup untuk menikahinya.


Tetapi, segala ketentuan kehidupan ada di tangan Allah Azza Wa Jalla, dan takdir dan hikmah-Nya yang sangat agung. Kemudian, Rasulullah SAW menikahinya dan menjadikan dia sebagai ‘ummul mukminun’, gelaran kehormatan bagi para isteri Rasulullah SAW.


Dengan kehidupan yang begitu sedih dan cubaan begitu berat, tetapi tidak menghilangkan rasa cintanya kepda Allah Azza Wa Jalla. Tetap bertaqarrub(mendekatkan) diri kepada Allah, berpuasa yang terus menerus, dan melakukan ibadah di malam hari, Hafshah akhirnya menjadi ‘Ummul Mukminun’. Sebuah gelaran kemuliaan yang disandangnya, dan kelak akan mendapatkan kemuliaan di disisi-Nya.


Betapa kehidupan ini hanya dapat dinikmati dengan melakukan ibadah-ibadah yang berat, dan penuh dengan pengorbanan, serta menjadikan Rabbnya semata menjadi tujuan hidupnya. Kesedihan yang mula-mula mengawalinya dalam kehidupan, kemudian berakhir dengan kebahagiaan..... (T_T)


Allahu'alam...(^_^)v